Snippet

Metallica - ...And Justice For All (1988)

Preview and Information

Genre: Thrash Metal
Label: Elektra
Playing time: 63:10

Tracklist:
01. Blackened
02. ...And Justice For All
03. Eye Of The Beholder
04. One
05. The Shortest Straw
06. Harvester Of Sorrow
07. The Frayed Ends Of Sanity
08. To Live Is To Die
09. Dyers Eve

Apa yang dikhawatirkan oleh banyak fans Metallica setelah kehilangan Bassis-nya adalah menurunnya tingkat kreatifitas dalam bermusik, juga berubahnya pola yang sudah lama diterapkan Metallica; powerful, thrash dan juga penuh lirik bijaksana yang penuh semangat. Tapi ternyata hal itu tidak perlu dikhawatirkan, karena permainan Jason Newsted mampu memberikan warna baru bagi Metallica, tanpa merubah gaya mereka yang sudah terpatri dalam fans Metallica.

Album ini masih berupa kumpulan track panjang yang melelahkan, namun juga jenius. Lagu pembuka yang sangat khas, diawali dengan fade-in, yang langsung digebrak dengan permainan drum yang menghentak ala Lars Ulrich. 'Blackened' mampu membuka album ini dengan raungan khas Metallica, hampir serupa dengan 'Battery' di album Master of Puppets dan juga 'Fight Fire With Fire' dari album Ride The Lightning. Keras, menghentak dan bertenaga!

'And Justice For All', memiliki formula khas Metallica, hampir seperti 'Master Of Puppets', intro yang panjang, lirik yang kaya makna, improvisasi yang 'nggilani', dan durasi sangat panjang yang bikin bosan. Lagu yang sebenarnya berkisah tentang keadilan personal ini terasa begitu dalam, dan seperti mendobrak pemahaman kita akan keadilan sejati. Sementara 'One' adalah sebuah anthem anti perang yang langsung diingat oleh banyak orang, bahkan oleh mereka yang tidak tahu tentang Metallica. 'The Shortest Straw' dan 'Harvester Of Sorrow' terdengar sangat familiar di telinga, lirik dan permainan cepat yang menjadi ciri khas, ditambah permainan rithem yang enak didengar. Satu lagi lagu yang bikin bosan di album ini, 'The Frayed Ends Of Sanity' memiliki durasi panjang, permainan pedal yang menyeramkan di bagian intro, dan permainan solo Kirk Hammmet di bagian tengah yang ribet dan penuh tehnik. 'To Live Is To Die' adalah track instrumental di album ini, yang tidak seindah 'The Call Of Ktulu' ataupun 'Orion', namun tetap terdengar sangat melodius. Lagipula, lagu ini adalah persembahan kepada almarhum Cliff Burton, bisa dilihat pada barisan liriknya yang dibacakan seperti puisi di bagian akhir track. Dan album ini ditutup dengan permainan tergesa-gesa 'Dyers Eve', yang bertema pemberontakan masa muda pada pengekangan dan doktrinasi keluarga.

Lewat album ini, Metallica serasa masih mampu menampilkan permainan trash yang sangat dinikmati banyak orang dan juga dijadikan banyak acuan band lain. Meskipun dirasa lebih pelan dan lambat dibanding album sebelumnya, tapi album ini juga lebih melodius dan penuh improvisasi yang menandakan bahwa Metallica telah berkembang, dan hal itu dibuktikan dalam album mereka yang berikutnya; "BLACK ALBUM".

Leave a Reply